Kesehatan Mental Anak dalam Bayang-Bayang Perceraian
Kata Kunci:
Kesehatan Mental Anak, Dalam Bayang-Bayang PerceraianAbstrak
Kehangatan dan keharmonisan dalam keluarga memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan rumah tangga serta mendukung kesejahteraan psikologis dan kesehatan mental setiap anggotanya. Secara ideal, anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang utuh dengan kehadiran ayah dan ibu. Namun, kenyataannya tidak semua anak mendapatkan kasih sayang yang optimal karena berbagai kondisi, salah satunya adalah latar belakang keluarga yang tidak harmonis atau sering disebut broken home. Istilah ini merujuk pada kondisi keluarga yang mengalami disfungsi, ditandai dengan kurangnya perhatian orang tua terhadap situasi dan dinamika dalam rumah tangga, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap kondisi mental anak. Berdasarkan metode library search Angka perceraian di Indonesia meningkat, dengan 15–20% dari dua juta pasangan bercerai. Mayoritas kasus adalah Cerai Gugat. Perceraian berdampak buruk pada kondisi psikologis anak, seperti ptsd, terutama jika kurang dukungan dan kasih sayang dari orang tua. (Sumber: ejournal.stikespku.ac.id). Anak dari keluarga bercerai cenderung kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak nyaman di rumah (Syaiful, 2014). Kurangnya kasih sayang bisa mendorong mereka ke perilaku negatif seperti penyalahgunaan narkoba, meski sebagian anak tetap mampu merespons secara positif (Sumber: Syaiful, 2014; John Santrock, 2007). Berdasarkan data, dampak psikologis akibat perceraian orang tua cukup signifikan. Sebanyak 11 responden sulit berkonsentrasi, 5 sulit bergaul, 9 kesulitan mengambil keputusan cepat, dan 8 kehilangan kepercayaan diri. Meski begitu, 11 responden masih bisa berpikir positif. Dampak lainnya meliputi sering merasa lelah (16 responden), mudah kecewa (13), sulit mengambil keputusan sendiri (8), sering depresi (9), dan mudah putus asa (9). (Sumber: Jurnal Kajian Ilmiah Interdisipliner). Guru BK perlu memberikan konseling individual, menciptakan lingkungan yang suportif, serta mengembangkan program peningkatan kepercayaan diri dan manajemen emosi. Deteksi dini dan kerja sama dengan orang tua serta profesional lain juga penting untuk mendukung pemulihan mental anak.
Unduhan
Referensi
Massa, N., Rahman, M., & Napu, Y. (2020). Dampak Keluarga Broken Home Tehadap Perilaku Sosial Anak. Jambura Journal Community Empowerment, 1(1), 1–10. https://doi.org/10.37411/jjce.v1i1.92
Fathonah, N. (2019). penggunaan metode genogram untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karir. Prophetic : Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal, 2(2), 279. https://doi.org/10.24235/prophetic.v2i2.5814
Lutfi Nasution, M., Dinata Saragi, M. P., Arman Syahroni, M., & Izhar Dalimunthe, S. (2022). Konseling Behavioral DalamPenanganan Perilaku Agresif Korban Broken Home.
Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4, 1349–1358.
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/10815
Massa, N., Rahman, M., & Napu, Y. (2020). Dampak Keluarga Broken Home Tehadap Perilaku Sosial Anak. Jambura Journal Community Empowerment, 1(1), 1–10. https://doi.org/10.37411/jjce.v1i1.92
Pratama, R. B., Suryati, W., & Murni, S. (2022). Layanan Konseling Individu Untuk Meningkatkan Kesehatan Mental Siswi Broken Home Melalui Teknik Behavioral Di Sman 1 Natar. … Mahasiswa Bimbingan Konseling …, 1–8. https://www.stkippgribl.ac.id/eskripsi/index.php/jmbk/article/view/328
Pujosuwarno, Sayekti. 1994. Bimbingan dan Konseling Keluarga. Menara Mas Offset: Yogyakarta
Temasmi, T. (2018). meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan menggunakan teknik eksplorasi melalui layanan konseling individual pada siswa kelas vii smp pgri 3 medan tahun pembelajaran 2017/2018 skripsi [UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA].
Wahyudi, M. A. S. (2018). Konsep Pendekatan Behavior dalam Menangani Perilaku Indisipliner pada Siswa Korban Perceraian. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 8(1), 35–49. https://doi.org/10.29080/jbki.2018.8.1.35-49






