Pendidikan Agama Islam dan Esensialisme Membangun Pondasi Akidah yang Kokoh

Abstract

Tujuan utama Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah membangun landasan keimanan yang kokoh, namun stabilitas ini semakin terancam oleh relativisme nilai, modernisasi yang cepat, serta dominasi pandangan dunia sekuler dalam masyarakat kontemporer. Dalam kondisi semacam ini, peserta didik sering mengalami kebingungan dalam membedakan kebenaran agama yang bersifat absolut dari perspektif budaya yang terus berubah. Oleh karena itu, diperlukan landasan filosofis dan metodologis yang kuat untuk menjaga kemurnian dan sentralitas ajaran Islam. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis urgensi penerapan filsafat Esensialisme sebagai kerangka metodologis dalam memperkuat fondasi keimanan. Melalui kajian pustaka dan analisis konseptual, ditemukan bahwa Esensialisme menawarkan tiga pilar utama: Kurikulum Inti Keimanan Abadi, Disiplin Intelektual, dan Otoritas Guru sebagai pusat pembelajaran. Ketiga pilar ini tidak hanya menekankan pentingnya fokus pada doktrin-doktrin fundamental, tetapi juga mendorong konsistensi, pembelajaran yang terstruktur, serta orientasi nilai yang jelas. Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, proses pembelajaran PAI menjadi lebih terarah sehingga perhatian tidak bergeser dari Rukun Iman dan keyakinan pokok lainnya. Hasilnya, peserta didik mampu membangun sistem keyakinan yang kuat, mendalam, dan tersusun secara sistematis. Sinergi ini menjadikan Esensialisme sebagai strategi pertahanan filosofis yang penting bagi PAI dalam membentuk fondasi keimanan yang kokoh dan tak tergoyahkan di tengah tantangan ideologis modern.